Bursa RI Sudah Kehilangan Lebih Rp 1.000 T, Masih Turun Lagi?

Nilai kapitalisasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) terkuras dalam jumlah besar dari dari awal tahun hingga perdagangan sesi I, Jumat (28/2/2020).

Secara year to date, IHSG sudah jatuh sebanyak 10,57% dan merupakan salah satu yang terburuk di kawasan Asia. Nilai kapitalisasi bursa saham sudah hilang Rp 1.103,17 triliun.

Akhir 2019 nilai kapitalisasi IHSG senilai Rp 7.265,02 triliun. Pada sesi I perdagangan hari ini, nilai kapitalisasi Rp 6.161,85 triliun.

Pada perdagangan hari ini, saat dibuka IHSG langsung masuk zona merah turun 1,8% ke 5.436,172. Aksi jual yang terus berlangsung membuat bursa kebanggaan Indonesia ini jeblok hingga 4,47% ke 5.288,370. Koreksi tersebut merupakan yang terdalam sejak 5 September 2018.

IHSG berhasil memangkas pelemahan tersebut dan mengakhiri perdagangan sesi I di 5.311,961, atau anjlok 4,04%. Sepanjang sesi I, nilai transaksi tercatat Rp 3,21 triliun dan asing tercatat membukukan net buy Rp 61,59 miliar.

Pelemahan nyaris 4,5% membuat IHSG lebih buruk dibandingkan bursa utama Asia hari ini. Bursa saham Jepang anjlok 4,1%, bursa saham China dan Korea Selatan merosot lebih dari 3%, sementara bursa Hong Kong lebih dari 2%.

Aksi jual yang terus melanda pasar keuangan dalam negeri, terpicu oleh anjloknya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis kemarin, yang membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk

Indeks Dow Jones ambles 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.

Laporan kasus virus corona terbaru di AS memicu Kecemasan akan penyebaran yang lebih luas di Negeri Paman Sam, membuat pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan memilih masuk ke aset aman seperti obligasi AS dan emas.

Kasus terbaru di AS tersebut berbeda dengan kasus-kasus lainnya, dimana para pasien positif corona dapat diketahui penyebabnya, seperti punya riwayat berpergian ke China, atau pernah melakukan kontak dengan pasien yang positif corona.

Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California Utara, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tidak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona.

Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya “penyebaran di masyarakat”, yang memicu kecemasan di pasar.

Yang paling ditakutkan oleh pelaku pasar adalah “produk turunan” dari virus corona yakni pelambatan ekonomi global. China yang merupakan asal virus corona hampir dipastikan akan mengalami pelambatan ekonomi, begitu juga negara-negara lainnya yang sudah terjangkit terlebih dahulu seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura. 

Sumber : CNBC Indonesia

Views: 3