Gara-Gara Jadi Mualaf, Ustad Steven Indra Wibowo Diusir oleh ibunya.

Senzangwarna.com
Kisah nyata dari Ustad Steven Indra Wibowo, Dia memposting melalui akun media sosial Facebooknya bertepatan dengan Hari Ibu.

Berikut selengkapnya posting-an Ustad Steven dari Facebooknya.

“Hari ibu adalah setiap hari,”

“Masih inget saya waktu diusir dan mendapat sikap permusuhan yang luar biasa saat saya masuk Islam, keluar rumah dan 3 tahun kemudian kembali saat saya harus balik ke jkt dan persiapan umrah, dan mampirlah saya kerumah orang tua saya saat itu di muara karang, rencananya meminta maaf dan ternyata mami yang pertama lari dan memeluk ku, betapa dia sedih 3 tahun tidak ada kabar dari saya, dan saat itu saya belajar Islam tidak membedakan apa agama orang tua kita dan kita harus tunduk kepada ibu dan bapak kita, .”

Iklan media baner

“Saat itu saya minta maaf ke mami dan mami berkata gak ada yang harus dimaafkan, anak mami sudah pulang, dan saat itu mami belikan makanan untuk saya makan dan dia sengaja keliling muara karang sampai pluit mencari makanan halal buat saya makan, maasyaAllah, hal yg sampai sekarang kalau saya ingat itu membuat saya sedih dan bahagia, momen pertama kali mami menerima saya sebagai seorang muslim dan mendukung saya, .”

“Selanjutnya setiap ramadhan kalau saya nginap di rumah mami, maka sahur dan buka puasa pasti penuh meja makan dengan hidangan halal yang mami beliin sendiri dan sampai peralatan makan saya pun beliau pisahkan dari peralatan makan di rumahnya, ini bentuk penghargaan mami atas Islam yang sudah saya anut, sampai saat inipun mami kalau lagi jalan bareng sering nanyain “ven.. lu dah sholat..?” Walau bukan jam sholat krn beliau gak tau jam sholat, krn diseluruh keluarga, hanya saya yang muslim,”

Ustad Steven Indra Wibowo, berpoto dengan Habib Rizieq.

Salah satu alasan saya tidak posting video syahadat lg sejak setahun ini adalah krn ternyata video syahadat ini menyakitkan hati orang tua saya, maka saya posting di IG lebih banyak krn mami gak buka IG”
“Setiap hari adalah hari ibu buat saya,”

“Ini cerita saya dengan mami saya, setiap anak pasti punya cerita sendiri”

“Semoga bermanfaat sepenggal cerita diatas, dan mohon maaf jika tidak berkenan.

Ustad Steven memang seorang Mualaf keturunan, yang saat ini sangat gencar membantu penanganan Covid-19, dengan bnyak memberi sumbangan ke Rumah-rumah sakit.
Beliau sampai menjual Rumah dan asetnya, sekitar 12 Milyar.
Dikutip dari Merdeka.com
Koh Steven, sapaan akrabnya baru saja menjual 2 rumah, 7 mobil dan 3 moge atau motor gede pribadinya. Hasil penjualannya mencapai sekitar Rp12 miliar.

Kemudian dialokasikan untuk membeli 48 ribu baju hazmat, 43 ribu pasang sarung tangan bedah, 150 ribu masker, 80 ribu hand sanitizer.

Saat ini sudah didistribusikan ke lebih dari 5.000 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Selain itu ada pula 43 ribu perlengkapan APD surgical gown sesuai standar WHO.
Menurut Koh Steven yang kami kutip dari laman Republika.co.id harta yang ia miliki hanya sebuah titipan, dan nantinya akan kembali kepada pemiliknya.
Koh Steven menjual aset rumah, mobil dan yang ia miliki saat ini hanya sebuah motor matic untuk mereka berpergian.

Masuk Islam dan menjadi mualaf Ustad Steven karena penasaran

Dikutip dari laman Detik.news.
Setelah mempelajari lebih dalam, dia mendapati bahwa aturan dalam Islam sangat jelas, mengatur kehidupan manusia hingga sedetail-detailnya, dari A-Z. Bahkan, dia juga mendapati bahwa Islam mengatur kehidupan setelah mati.

“Sama keteraturan dalam hidup, fikih, semua diatur. Mau makan diatur, makan pakai tangan kanan. Ini keteraturan yang dibuat hukum dalam Islam. Masuk WC kaki kiri, keluar WC kaki kanan. Hal simpel ini semua diatur dalam Islam. Islam mengatur seluruh manusia A-Z, sampai sudah mati pun diatur. Kita tahu amalan jariyah, ilmu bermanfaat, doa anak saleh, ini nggak putus-putus (pahalanya) setelah mati,” tutur Steven.

Buy and Sell text links

Sebelum bersyahadat, Steven yang pernah masuk sekolah agama dalam keyakinannya yang dulu memang sudah menggembleng dirinya, seperti hidup di asrama dengan sederhana dan menjauhkan diri dari semua yang berbau duniawi. Namun setelah penasaran dengan ‘sistem komando’ gerakan salat dalam Islam hingga mempelajari aturan-aturan hidup di dalamnya, Steven lantas mengucapkan syahadat pada tahun 2000.

“Dulu saya beriman di sana dengan sangat kuat. Pada saat pindah agama, saya nggak menemukan kejelekan di sana. Saya sangat kuat di iman saya yang dulu. So saya tidak menemukan kejelekan satu pun, hanya Islam jauh lebih baik. Itu pilihan saya. Hukumnya jelas, keteraturan, ketertiban di Islam jauh lebih baik dibanding yang dulu. Seperti satu takbir, rukuk semua, satu takbir sujud semua. Itu saja, nggak ada yang lain,” tuturnya.

Senzangwarna.com.

Views: 1