Sayuran Dari china, Banyak Membanjiri Indonesia.

Senzangwarna.com
Indonesia Saat ini sedang berjuang keras akibat wabah virus Corona yang semakin hari semakin meluas, tentu saja dampak yang ditimbulkan juga sangat banyak, salah satunya sektor ekonomi, perdagangan sektor industri dan pertanian.
Namun ada yang perlu juga kita garis bawahi, media online banyak yang menulis, akhir-akhir ini banyak dijumpai sayuran dari Cina.
Padahal dalam sebuah pernyataan.
Presiden sempat mengatakan:
Kita harus berani stop impor pangan, stop impor beras, stop impor daging, stop impor kedelai, stop impor sayur, stop impor buah, stop impor ikan. Kita ini semuanya punya kok,” kata Jokowi di Gedung Pertemuan Assakinah, Cianjur, Jawa Barat, Rabu Kompas (2/7/2014).

Menurut Jokowi, pemerintah harus menghentikan impor untuk memicu agar para petani lebih semangat melakukan produksi, petani harus di muliakan.
Namun mungkin saja lain dulu lain sekarang, petani Indonesia hanya menikmati sebagai pelengkap, atau mungkin saja pasokan sayuran dalam negeri tidak mencukupi, akibat kondisi saat ini, namun seperti halnya kenaikan BPJS, jangan ini menjadi kekecewaan petani yang sudah berjuang memperbaiki hasil pertaniannya.

Hasil pertanian Indonesia sebenarnya sangat melimpah, namun dari segi kulaitas mungkin saja di bawah negeri tiongkok atau memang ada yang bermain, sehingga petani kita sangat sulit untuk bersaing, pupuk yang mahal obat-obatan tanaman yang tidak terjangkau, yang akhirnya petani Indonesia hanya sebagai pelengkap di negeri sendiri.
Sementara data impor negeri Tirai Bambu yang telah ditulis Kumparan 15 Mei 2020.
Perekonomian China mulai pulih pasca pandemi virus corona. Hal ini pun berdampak ekspor dan impor Indonesia pada Negeri Tirai Bambu tersebut.

Selama April 2020, ekspor Indonesia ke China mencatatkan kenaikan tertinggi dari negara lainnya, naik USD 227,6 juta dibandingkan Maret 2020.

Begitu juga dengan impor asal China, yang merupakan tertinggi di Indonesia. Nilai impornya naik USD 762,3 juta dibandingkan bulan sebelumnya.

“Ini menunjukkan recovery di Tiongkok sudah bagus,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam video conference, Jumat (15/5).

Jika dirinci lebih lanjut, ekspor plastik dan barang dari plastik Indonesia ke China mencapai USD 78,06 juta atau naik 136 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Disusul oleh ekspor pulp dan kayu yang tercatat naik 54,6 persen, menjadi USD 180,97 juta di April 2020 dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara untuk impor, komoditas sayuran asal China membanjiri Indonesia selama bulan lalu. Nilainya mencapai USD 75,37 juta, naik 219,31 persen atau tiga kali lipatnya dibandingkan Maret 2020 yang hanya USD 23,60 juta. Sayangnya, BPS tak merinci lebih lanjut komoditas dari sayuran ini.

Selanjutnya, impor perangkat optik, fotografi, sinematografi, dan medis dari China meningkat 92,49 persen, dari USD 38,80 juta di Maret 2020 menjadi USD 74,69 juta di April 2020.

BPS gelar konferensi pers terkait neraca perdagangan Januari 2020.

Secara keseluruhan, BPS mencatat kinerja neraca perdagangan Indonesia selama periode April 2020 mencatatkan defisit sebesar USD 350 juta.

Meski demikian, secara kumulatif sejak Januari-April 2020, neraca dagang masih mencatatkan surplus USD 2,25 miliar.

Nilai ekspor selama bulan lalu sebesar USD 12,19 miliar, turun 13,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm) dan turun 7,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara impor tercatat sebesar USD 12,54 miliar, turun 6,10 persen (mtm) dan merosot hingga 18,58 persen

Source:Kumparan.com

Views: 0